APRIL II
Bacaan: Kisah Para
Rasul 3:17-26
Tema Liturgis:
Kristus Bangkit, Percayalah
dan Bersaksilah…!
Tema Pendalaman Alkitab:
Jika seseorang tahu harus
berbuat baik, tetapi ia
tidak melakukannya, ia
berdosa.
Keterangan bacaan
Kearifan lokal adalah suatu
pengetahuan atau ketrampilan
sekelompok orang dalam
daerah tertentu yang
diajarkan secara
turun-temurun. Pengetahuan
itu akan dipegang sebagai
sebuah kebenaran, sampai ada
pihak luar yang mengoreksi (membawa
hal baru). Koreksi itupun
tidak begitu saja diterima.
Namun membutuhkan waktu dan
perjuangan, sampai
mempertaruhkan nyawa, demi
penegakan hal baru itu (ayat
17).
Alasannya, saat seseorang
telah dididik turun-temurun
(ayat 25), hidup sehari-hari
dalam budaya dan pola pikir
tertentu yang begitu kental,
kemudian disuruh berubah.
Perubahan itu membutuhkan
dukungan yang komprehensif,
melibatkan hal-hal berikut:
Kognitif adalah ranah
kegiatan otak, berorintasi
pada kemampuan berpikir,
meliputi mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi.
Afektif adalah ranah
berkaitan dengan sikap dan
nilai, mencakup watak
perilaku, seperti: perasaan,
minat sikap, emosi, dan
nilai. Psikomotorik adalah
kelanjutan dari hasil
belajar kognitif dan afektif
yang baru nampak dalam
bentuk kecenderungan
berperilaku berkaitan dengan
aktivitas fisik. Juga sistem
yang berlaku di dalam
komunitas itu.
Perubahan semacam itu,
cenderung menuntut
pertobatan masal (ayat 24).
Pertobatan masal ini
mempunyai beberapa
konsekuensi. Harus diawali
dari pertobatan pribadi per
pribadi anggota komunitas,
terjadinya kesadaran bersama
untuk mengakui bahwa yang
telah ada di masa lalu itu (ayat
21-24) adalah hal yang salah,
kemudian dibuat konsensus
bersama untuk memperbaharui
sistem dan melaksanakan
dengan setia (perjuangan
yang kuat) (ayat 19-20).
Mengapa komunitas ini harus
bertobat? Karena mereka
adalah umat pilihan. Umat
yang memiliki hak istimewa,
bahkan sejak semula, diawali
dari perjanjian Allah dengan
nenek moyang mereka (ayat
26). Sebutan “HambaNya” bagi
Tuhan Yesus, menegaskan
bahwa kebangkitan Tuhan
Yesus adalah kehendak Allah,
dan Tuhan Yesus hanya patuh
seperti hamba yang
melaksanakan kehendak
tuannya. Sebuah teladan
kesetiaan dari Hamba Allah
dengan setia dan taa sampai
mati. Keistimewaan yang
insklusif itu membawa tugas
khusus, yaitu pelayanan
khusus; bukan kehormatan
khusus!
Pesan bagi kita
Kata “bangkit” selalu
dipakai untuk mendorong
seseorang berbuat sesuatu
yang baru, setelah
penyadaran diri akan situasi
yang telah terjadi. Intinya
berbuat sesuatu agar menjadi
lebih baik. Kita mengenal
jargon “Kebangkitan Nasional”,
“Indonesia Bangkit”,
“Bangkitlah Negeriku”,
“Bersama, Kita Bangkit”, dll.
Artinya peristiwa
kebangkitan tidak bisa
dilepaskan dari pembaharuan,
hidup baru, dan lain-lain
yang intinya konsensus untuk
hal yang baru. Ayat 25
mengingatkan kita bahwa
pembaharuan itu diperlukan,
walaupun kita telah terikat
dengan perjanjian Allah.
Mengapa? Perjalanan waktu
yang panjang dari sejak
perjanjian Allah dibuat,
nyatanya bukan membuat umat
pilihan semakin baik. Bahkan
terlupakan, orang Yunani
mempunyai ungkapan “waktu
yang menghapus segala
sesuatu”. Warisan perjanjian
Allah kepada umat pilihan
nyatanya belum menghapus
secara total warisan dosa
dari Bapa Adam. Hal ini
terjadi karena dosa warisan
itu begitu kuat mencengkeram
manusia termasuk umat
pilihan, bahkan
ditambah-tambah pula dengan
dosa karena nafsu kedagingan
(egoisme), yang terjadi
setiap saat dalam hidup
manusia. Inilah pentingnya
umat pilihan selalu bangkit,
dan bangkit bersama Tuhan
Yesus setiap saat, setelah
menyadari berbuat dosa.
Hidup di jalan Tuhan!
Apalagi karena kita sudah
mempunyai pengetahuan
sebagai dasar untuk berbuat
baik, yakni; status umat
pilihan dengan tugas khusus,
status umat pilihan yang
berkutat dengan dosa, status
umat pilihan yang mendapat
anugerah dari kebangkitan
Tuhan Yesus dan umat pilihan
yang dipimpin oleh
TuhanYesus (untuk kembali
dari segala kejahatan – ayat
26).
Pertanyaan untuk
dipergumulkan!
Seruan bertobat, tidak
terpisahkan dari makna
kebangkitan. “Tuhan Yesus
bangkit, percayalah dan
bersaksilah”, telah menjadi
pengetahuan kebenaran iman
kita, umat pilihan Allah.
Ada perbedaan antara
mengetahui dan mengenal.
“Mengenal” memiliki dimensi
yang lebih lengkap (kognitif,
afektif dan psikomotorik)
daripada mengetahui (hanya
kognitif saja yang terlibat).
Kita diingatkan oleh Rasul
Yakobus “jadi jika seseorang
tahu harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya,
ia berdosa ( Yakobus 4:17).
Artinya kognisi saja tidak
cukup berguna, namun perlu
dilengkapi afeksi dan dan
psikomotorik sehingga
semakin berdaya guna (mnjadi
berkat!).
Pengetahuan kebenaran iman
Krsiten apa saja yang sudah
kita ketahui? Apa halangan
untuk melakukannya?
Apakah Saudara percaya bahwa
Tuhan Yesus telah bangkit?
Apakah pewartaan Kebangkitan
Tuhan Yesus kita ambil
sebagai hak istimewa kita,
yaitu pelayanan khusus kita?
Bagaimana mewartakannya,
dalam situasi politik
menjelang Pilpres 2019 nanti?
Dalam konteks GKJW. Apa saja
yang perlu diperbaharui di
GKJW dalam semangat
kebangkitan Tuhan Yesus? Apa
pengetahuan baik dalam
kehidupan GKJW yang sudah
Saudara ketahui namun belum
dilakukan?
Pdt. Agus Puji Purwanta
Sumber: https://gkjw.or.id |